Pernahkah Anda membuka dompet atau mengecek riwayat transaksi dan terkejut melihat banyak pembelian yang sebenarnya tidak direncanakan? Barang-barang itu mungkin masih terbungkus, belum sempat dipakai, atau bahkan hanya menumpuk di sudut kamar.
Pada saat membelinya, Anda berpikir bahwa diskonnya sayang dilewatkan, atau tiba-tiba ingin membeli saja, padahal Anda tidak membutuhkan barangnya. Jika Anda terasa familiar dengan hal ini, Anda mungkin mengalami belanja impulsif.
Apa itu Belanja Impulsif?
Belanja impulsif adalah membeli barang atau jasa tanpa perencanaan sebelumnya, biasanya dipicu oleh dorongan emosional atau godaan dari promo, iklan, atau suasana toko.
Belanja impulsif umumnya terjadi saat itu juga karena merasa sesuatu terlalu menarik untuk dilewatkan. Meski mungkin hanya terjadi sesekali, kebiasaan ini bisa mengganggu keuangan.
Baca Juga: Ketahui Jenis-Jenis Kecanduan Belanja
Tanda-Tanda Belanja Impulsif
Belanja impulsif bisa muncul dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tampak sepele. Beberapa tanda umum yang perlu diwaspadai di antaranya:
Membeli lebih dari yang direncanakan
Belanja impulsif biasanya dipicu oleh visual, seperti penempatan barang menarik di dekat kasir, label promo berwarna terang, atau kemasan baru yang memancing rasa ingin mencoba. Ini membuat Anda yang awalnya hanya ingin membeli sabun, tetapi pada akhirnya malah membawa camilan, skin care, atau produk yang tidak ada dalam daftar belanja.
Sering mengunjungi toko atau marketplace hanya untuk melihat-lihat
Kebiasaan membuka aplikasi e-commerce tanpa tujuan bisa mengarahkan Anda pada pembelian spontan. Bahkan jika awalnya tidak berniat membeli apa-apa, paparan promo, rekomendasi algoritma, atau flash sale bisa memicu keinginan untuk membeli secara mendadak.
Merasa senang saat membeli, lalu menyesal
Perasaan puas, bersemangat, atau merasa menang banyak saat membeli adalah respons alami tubuh saat dopamin meningkat. Namun, ketika efek dopamin mereda, muncul rasa bersalah karena menyadari bahwa barang tersebut tidak terlalu penting.
Sering mengembalikan barang karena sadar tidak membutuhkan
Kebiasaan returning atau mengembalikan barang bisa menjadi tanda bahwa keputusan pembelian dibuat tanpa pertimbangan matang. Ketika barang tiba, Anda baru menyadari bahwa warnanya tidak cocok, atau tidak membutuhkannya.
Boros saat stres, bosan, atau sedih
Sebagian orang menggunakan belanja sebagai cara menghibur diri ketika mengalami tekanan emosional. Saat stres, belanja bisa memberi sensasi kontrol dan kenyamanan sesaat.
Namun, perilaku ini dapat menciptakan pola tidak sehat, di mana belanja hanya menjadi pelarian saja.
Baca Juga: 7 Tanda Kecanduan Belanja Online yang Perlu Diwaspadai
Cara Mengatasi Belanja Impulsif
Ada beberapa strategi yang bisa dicoba untuk mengatasi kebiasaan belanja impulsif, di antaranya:
- Buat daftar belanja dan patuhi
- Terapkan aturan tunggu 24 jam sebelum belanja, khususnya ketika membuka marketplace
- Batasi akses pemicu belanja, seperti langganan email promosi, atau tidak membuka aplikasi belanja
- Bayar dengan uang tunai atau debit, jangan gunakan kartu kredit atau paylater
- Cari pengganti sehat untuk mengatasi emosi, seperti berjalan kaki, menulis jurnal, atau mengobrol dengan teman
- Buat catatan pembelian, dan catat semua pembelian termasuk yang kecil
Apabila cara di atas sudah dilakukan tetapi Anda masih merasa sulit mengendalikan dorongan belanja, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog. Anda juga bisa berbicara dengan dokter melalui layanan konsultasi kesehatan Ai Care yang tersedia di App Store atau Play Store.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainya? Cek di sini, yah!
- dr. Monica Salim
Elizabeth Hartney, BSc, MSc, MA, PhD (2025). What Is a Shopping Addiction?. Available from: https://www.verywellmind.com/shopping-addiction-4157288
Owen Kelly, PhD (2025). Understanding Compulsive Shopping Disorder. Available from: https://www.verywellmind.com/what-is-compulsive-shopping-disorder-2510592
Elizabeth Hartney, BSc, MSc, MA, PhD (2024). The Difference Between Impulsive and Compulsive Shopping. Available from: https://www.verywellmind.com/difference-between-compulsive-and-impulsive-shopping-22336